Senin, 10 Agustus 2009

Renungan

Renungan

Adalah mudah untuk bersenang hati
Ketika hidup kita mengalir seperti sebuah lagu
Tetapi yang patut dihargai adalah mereka yang bisa tersenyum,
Walaupun semuanya berjalan salah
Karena ujian hati adalah kesulitan,
Dan ini selalu datang sepanjang masa kehidupan.
Dan senyuman yang patut diberi pujian
Adalah senyuman yang bersinar melalui mengalirnya air mata"*

Kesulitan tidak pernah memandang umur. Entah berumur 7, 17, atau 70 tahun, kita dapat memastikan
datangnya saat-saat mendung dalam kehidupan kita.


Sejak usia dini anak perlu diajari bahwa setiap orang pernah mengalami hari-hari sulit dan kegagalan, tetapi bukan tanpa tujuan. Kegagalan dan kesulitan bisa membawa mereka ke gerbang kesuksesan.

Kegagalan perlu dipandang sebagai batu loncatan, bukan sebagai lampu merah tanda berhenti. Thomas Alva Edison yang menciptakan lampu pijar, atau Henry Ford si pencipta mobil, bisa begitu sukses melalui kegagalan berkali-kali dan sikap pantang menyerah untuk terus mencoba.

Memotivasi anak untuk tetap melihat kesuksesan dan kegagalan dalam perspektif yang benar memang bukan hal mudah. Terkadang sebagai orang tua atau guru, kita sering mengkritik bahkan menghukum anak didik yang gagal meraih prestasi yang diharapkan, walau hal tersebut dilandasi niat baik.
Padahal masa kanak-kanak dan remaja adalah masa-masa penting untuk membangun rasa percaya diri. Kepercayaan diri mereka masih rapuh, dan kalau kita sering mengritik dan menghujat kegagalannya, rasa percaya diri mereka akan hancur berantakan.

Seorang bayi tidak tahu bagaimana harus berjalan, tetapi ia akan terus belajar dengan proses yang begitu sulit; jatuh berkali-kali, tangisan, mungkin benjolan di kepala. Tetapi tidak ada seorang pun yang mengkritik dan menyalahinya, apalagi menghujatnya. Yang ada hanyalah empati, pelukan dan
ungkapan sayang ketika ia menangis karena terjatuh, serta tepukan tangan ketika ia bisa melangkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar